Tionghoa, Korban Kekerasan Jepang

Tentara Jepang (google.image)

Masuknya Jepang ke Batam dan daerah lain di Indonesia menimbulkan kekhawatiran bagi orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Hal ini didasari kebencian dan perasaan tidak suka orang Jepang kepada orang China sebelumnya. Mereka takut atas kekejaman tentara Jepang.

Kekhawatiran tersebut terbukti ketika tentara Jepang baru masuk ke Batam melalui Pulau Sambu. Sebanyak empat orang Tionghoa yang menjadi pemuka masyarakat Tionghoa di Pulau Buluh segaja datang ke Pulau Sambu untuk menyambut kedatangan tentara Jepang.

 Namun yang terjadi sebaliknya. Tiga orang tersebut tewas dibantai oleh tentara Jepang. Satu orang lagi tidak jadi dibunuh karena diselamatkan oleh ratapan anaknya dalam logat Melayu melihat bapaknya akan dibunuh. Tentara Jepang tersebut mengira anak dan bapaknya itu berasal dari etnis Melayu sehingga tidak jadi dibunuh.

Pembunuhan tersebut dilatarbelakangi rasa sakit hati tentara Jepang melihat keempat orang tersebut datang dengan perahu sambil mengibarkan beberapa bendera di sekeliling perahu. Di antara bendera-bendera Jepang tersebut, tanpa sengaja ada terselip bendera China.

Ketiga orang Tionghoa yang tewas dibunuh tersebut masing-masing bernama Aheng pemilik perahu pompong, Gan Hiap Kai dan salah satu guru yang mengajar di Bufun Chinese School di Pulau Buluh.

Kekejaman Jepang itu kemudian tersebar kemana-mana sehingga membuat penduduk semakin takut. Tidak saja bagi orang Tionghoa, orang Melayu pun juga mengalami ketakutan. Bahkan dalam setiap masuk ke perkampungan penduduk, tentara Jepang tersebut menginterogasi penduduk, apakah orang Tionghoa atau Melayu.

Bila yang ditemui adalah orang Tionghoa maka tentara Jepang menangkapnya, terutama bagi laki-laki dewasa dan tenaganya bisa dipekerjakan. Orang Melayu juga kerap mendapat pukulan tentara Jepang bila kaum laki-lakinya tidak memakai peci atau kopiah. Pulau Buluh merupakan salah satu basis pasukan Jepang di Batam. Di pulau ini hidup rukun antara etnis Tionghoa dengan Melayu secara turun temurun. ~MNT