Bukit Clara

Bukit Clara Batam Center (F: ist)

Tempat Bersembunyi dari Jepang
Hal yang ditakuti warga saat pendudukan Jepang adalah Romusha atau kerja paksa. Banyak penduduk terutama dari etnis Cina atau Tionghoa yang dijadikan budak dan tenaganya diperas untuk melakukan berbagai pekerjaan bagi kepentingan Jepang. Bangsa Jepang sangat benci dan kurang suka pada orang Cina sehingga menjadi sasaran utama tentara Jepang dalam setiap ada patroli.
Untuk mencari tenaga kerja untuk Romusha, tentara Jepang melakukan patroli dari satu daerah ke daerah lain. Yang dicari adalah laki-laki remaja hingga dewasa serta para gadis. Kaum laki-laki dijadikan budak untuk pekerjaan Romusha. Sementara kaum perempuan yang masih gadis-gadis dijadikan budak nafsu untuk tentara Jepang.
Karena takut warga berusaha menghindari bertemu dengan tentara Jepang di mana saja dan kapan saja. Bahkan rumah sendiri terpaksa ditinggalkan agar tidak dibawa paksa oleh tentara Jepang yang terkenal kejamnya. Mengungsi ke tempat yang aman seperti ke hutan adalah satu-satunya pilihan agar bisa selamat.
Tentara Jepang melakukan patroli dari satu pemukiman ke pemukiman lain. Termasuk patroli ke lokasi perkebunan milik warga Tionghoa yang berada di daerah Seipanas (sekarang menjadi Seipanas dan Batam Centre).

Daerah ini dulunya merupakan perkebunan karet yang sangat rapat dan subur. Perkebunan tersebut merupakan milik orang Singapura yang mempunyai modal. Pengusaha Singapura tersebut mempekerjakan orang-orang Tionghoa yang sudah lama menetap di Batam.
Agar selamat dari kejaran tentara Jepang, penduduk mencari dan membuat tempat pelarian yang aman. Bagi warga Tionghoa yang bermukim di perkebunan Batam Centre dan Seipanas, lokasi persembuyian yang dinilai aman adalah Bukit Clara, yang kini terletak di samping Masjid Raya Batam Centre. Setiap ada patroli Jepang, penduduk berlarian ke arah bukit tersebut.
Anak-anak dan para orang tua yang sudah uzur tidak menjadi incaran tentara Jepang. Makanya setiap ada patroli, anak-anak dan orang tua selalu tinggal di rumah dengan bekal makanan untuk beberapa hari. Mereka tidak diapa-apakan. Kalau makanan habis, terpaksa anak-anak dan orang tua makan dari ubi kayu yang ada di kebun.
Kadang-kadang persembunyian di hutan atau di tempat yang aman tidak hanya sehari, tapi berhari-hari. Jepang sudah tahu penduduk bersembunyi, namun tidak tahu tempat persembunyiannya. Patroli yang dilakukan Jepang juga berhari-hari.
Meski sudah berusaha kabur, banyak juga penduduk Batam baik laki-laki maupun paga gadis yang berhasil ditangkap dan dibawa tentara Jepang. Entah kemana dibawa, penduduk yang selamat juga tidak tahu dan tidak pernah mendapat kabar.

Biasanya setelah diculik, korban atau orang-orang yang pernah diculik tersebut tidak pernah kembali lagi. Warga meyakini yang tertangkap tentara Jepang dibawa keluar Batam dan dipekerjakan di sana. ~MNT

Komentar

Postingan Populer